Rabu, 17 Juli 2013

Aku Tak Ingin Ketinggalan Sholat Subuh


Oleh Saad Saefullah
Salat Subuh berjamaah memang selalu banyak rintangannya. Tapi Ali Bin Abi Thalib berusaha terus dalam kondisi apapun untuk berjamaah di Masjid. Hingga halanganpun dimudahkan oleh Allah swt.
PAGI hari itu, Ali bin Abi Thalib bergegas bangun untuk mengerjakan salat Subuh berjamaah di Masjid bersama Rasulullah saw. Rasulullah saw tentulah sudah berada di sana. Rasanya, hampir tidak pernah Rasulullah saw keduluan orang lain dalam berbuat kebaikan. Tidak ada yang istimewa karena memang inilah aktivitas yang sempurna untuk memulai hari, dan bertahun-tahun lamanya Ali bin Abi Thalib sudah sangat terbiasa.
Langit masih gelap, cuaca masihlah dingin dan jalanan masih pula diselimuti kabut pagi yang turun bersama embun. Ali melangkahkan kakinya tergesa-gesa menuju Masjid. Dari kejauhan, lamat-lamat sudah terdengar suara Bilal memanggil-manggil dengan adzannya yang berkumandang merdu ke segenap penjuru dan sudut-sudut kota Madinah.
Namun, belumlah begitu banyak langkahnya, ketika Ali bin Abi Thalib berada di jalan setapak menuju tempat jamaah yang jaraknya masih cukup jauh, ternyata di hadapannya ada sesosok tubuh. Ali mengenalinya sebagai seorang kakek tua yang beragama Yahudi. Kakek tua itu melangkahkan kakinya teramat pelan sekali. Itu mungkin karena usianya yang telah lanjut. Tampak sekali ia sangat berhati-hati dan tergopoh-gopoh menyusuri jalan.
Ali sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingin ketinggalan mengerjakan salat tahyatul masjid dan qabliyah Subuh sebelum bersama Rasulullah saw dan para sahabat lainnya melaksanakan salat berjamaah.
Ali paham benar bahwa Rasulullah saw mengajarkan supaya setiap umat Muslim menghormati orang tua. Siapapun itu dan apapun agamanya. Maka, Ali pun terpaksa berjalan di belakang kakek itu. Tapi apa daya, si Kakek berjalan amat lamban, dan karena itu pulalah, langkah Ali pun sangat pelan jua. Kakek itu lemah sekali, dan Ali tidak sampai hati untuk mendahuluinya. Ia khawatir kalau-kalau kakek Yahdui tersebut terjatuh atau kena celaka.
Setelah sekian lamanya berjalan, akhirnya waktu mendekati masjid, langit sudah hampir kuning. Cuacanya pun perlahan-lahan sudah terasa hangat. Kakek itu melanjutkan perjalanannya, melewati masjid dan tidak masuk ke dalamnya sebab tempat ibadah agama Yahudi adalah di Sinagog.
Ketika Ali memasuki Masjid, Ali menyangka salat Subuh berjamaah pastilah sudah usai. Ia bergegas. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya, Ali terkejut sekali bercampur gembira. Nabi dan para sahabat masih rukuk pada rakaat yang kedua. Ini berarti Ali pun masih punya kesempatan untuk memperoleh salat berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama, berarti masih kebagian satu rakaat-lah ia.
Sesudah Rasulullah saw mengakhiri salatnya dengan salam, lalu melakukan dzikir bersama-sama dan selesai berdoa, Umar bin Khattab yang memang merasa aneh dengan kejadian yang baru lewat, memberanikan diri untuk bertanya kepada Rasulullah saw. Ia pun menghampiri Rasulullah saw.
“Wahai Rasulullah, mengapa hari ini salat Subuhmu tidak seperti biasanya? Ada apakah gerangan?”
Rasulullah saw mengerutkan keningnya, “Kenapakah, ya Umar? Apa yang berbeda?” tanya Rasulullah saw.
“Kurasa sangat lain, ya Rasulullah. Biasanya engaku rukuk dalam rakaat yang kedua tidak sepanjang pagi ini. Tapi tadi itu engkau rukuk lama sekali. Kenapa?”
Rasulullah saw kembali menggelengkan kepalanya beberapa kali. “Aku juga tidak tahu. Hanya tadi, pada saat aku sedang rukuk dalam rakaat yang kedua, Malaikat Jibril tiba-tiba saja turun lalu menekan punggungku sehingga aku tidak dapat bangun iktidal. Dan itu berlangsung lama, seperti yang kau ketahui juga….”
Umar makin heran. “Mengapa Jibril berbuat seperti itu, ya Rasulullah?”
Nabi kembali menggeleng ramah seraya berkata, “Aku juga belum tahu gerangan. Jibril belum menceritakannya kepadaku.”
Dengan perkenan Allah, beberapa waktu kemudian Malaikat Jibril pun turun. Ia berkata kepada Nabi;
“Muhammad, aku tadi diperintahkan oleh Allah untuk menekan punggunmu dalam rakaat yang kedua. Sengaja agar Ali mendapatkan kesempatan salat berjamaah denganmu, karena Allah sangat suka kepadanya bahwa ia telah menjalani ajaran agamaNya secara bertanggung jawab. Ali menghormati seorang kakek tua Yahudi. Dari penghormatannya itu sampai ia terpaksa berjalan pelan sekali karena kakek itupun berjalan pelan pula. Jika punggungmu tidak kutekan tadi, pasti Ali akan terlambat dan tidak akan memperoleh peluang untuk mengerjakan salat Subuh berjamaah denganmu hari ini.”
Mendengar penjelasan Jibril demikian, mengertilah kini Rasulullah saw. Beliau sangat menyukai perbuatan Ali, karena apa yang dilakukannya itu tentunya menunjukkan betapa tinggi penghormatan umat Islam kepada orang lain. Satu hal lagi, bahwa Ali tidak pernah ingin sengaja terlambat atau meninggalkan amalan jamaahnya. Rasulullah saw pun menjelaskan hal itu kepada para sahabat.
(Peri Hidup Nabi dan Para Sahabat; Saad Saefullah)
Sumber : http://www.eramuslim.com/oase-iman/saad-saefullah-aku-tak-ingin-ketinggalan.htm

Cerita shubuh ~ @pejuangsubuh



gambar diambil dari innomuslim

Sebenernya udah lama pengen nulis cerita pengalaman gue yang asik yang membawa perubahan dalam hidup ini, ini serius lho sekarang gue berubah jadi power rangers #lhah. bukan bermaksut ria’ (pamer) ato apa, gue juga gak ngarepin hadiah karna lomba menulis cerita subuh yang di adaian sama admin @pejuangsubuh udah di tutup :hammer: tapi hanya ingin menyalurkan hasrat dan dan keinginan untuk bercerita lewat tulisan ini *belibet sendiri*
Berawal dari twit @pejuangsubuh yang di retwit oleh temen saya bro @lydazzz temen saya yang super sekali yang gak pernah keliatan galau karna setiap galau doi ngadem dijamban *ngikik*. Terima kasih sebelumnya buat bro lyda karna telah membawa perubahan dalam ketaat saya kepada Yang Maha Kuasa.
Dari twit tersebut gue follow akun @pejuangsubuh, ternyata ada kategori untuk menjadi mujahid subuh yaitu untuk lelaki harus 40 hari tanpa terputus sholat shubuh berjama’ah di masjid dan untuk perempuan 21 hari sholat shubuh tetap waktu.
Sebagai lelaki sejati gue merasa tertantang dong, gue harus bisa menjadi mujahid.. Harus !! Sultan Muhamad Al Fatih aja bisa tidak ketinggalan sholat wajib dan rowatib dari akil baligh sampai meninggal masa gue gak bisa. Yang pasti Rosulullah SAW tetep menjadi tauladan gue walaupun gue juga kagum sama Muhamad Al Fatih.
Dari situ gue mulai biasakan untuk sholat shubuh berjama’ah di masjid, tadinya sih sudah sholat shubuh tapi cuma di rumah dan sholatnya selalu ketinggalan, udah jam 5 baru sholat. Hari pertama hidupin alarm jam 03.45 itung-itung ada waktu 15 menit buat ngulet-ngulet ditempat tidur sebelum berangkat ke masjid, karna di tempat gue adzan shubuh jam 04.00. Tapi kenyataan yang terjadi setelah alarm bunyi, bangun sih… tapi bangun untuk matiin alarm kemudian tidur lagi. kemudian jam 5 kebangun dan langsung berdiri lari kekamar mandi dengan harapan cepat-cepat kemasjid, tapi setelah ngeliat di luar rumah terang dan dipastikan gue ketinggalan untuk kemasjid ya udah gue lanjutin tidurnya di kamar mandi #kemudianclosetmenjadibantal
Dari pengalaman hari pertama gue simpulkan untuk tidur lebih cepat supaya bangun lebih cepat, hari itu gue isi dengan aktifitas yang melelahkan dari dorong mobil tetangga yang mogok,nyangkul parit sampai gendongin afriani keliling lapangan *pingsan*. hehehe semua ini cuma asal aja gue, yang pasti hari itu tak bikin sesibuk mungkin supaya capek dan bisa tidur cepat, Akhirnya gue bisa tidur jam 22.00 dan Alhamdulilah bisa terbangun jam 04.00 sehingga bisa mengikuti sholat berjama’ah di masjid.
Berjalannya waktu sholat shubuh bisa terlaksana secara berjama’ah, gue merasakan kenyamanan dalam beribadah, Alhamdulilah sholat sholat wajib yang lain hawanya jadi pengen ibadah juga, maksutnya di waktu sholat lain seperti dzuhur, ashar, magrib dan isya juga pengen berjama’ah. Setelah rutin berjama’ah otomatis kita bakal sholat rowatib, ini beneran lho coba aja kalo gak percaya.
Sholat shubuh itu memang luar biasa, kalo menurut pandangan saya yang masih awam dalam urusan agama. sholat shubuh itu akan membawa ibadah kita menjadi lebih baik, semacam tersugesti di hati ‘gue tadi udah jama’ah subuh, sayang dong kalo sholat dzuhur ashar magrib isya gak sholat’ jadi kita bakal beribadah dengan ikhlas rutin dan terjalani dengan baik. Insya Allah dari sholat subuh akan membawa kita rajin membaca Alquran, mempelajari hukum-hukum agama dan lebih menjalankan perintahNya serta menjauhi laranganNya.
Alhamdulilah walaupun gue belum bisa istiqomah 40 hari karna kemaren udah jalan 3 minggu tanpa berselang kemudian bangun kesiangan karna begadang nonton bola :hammer: sehingga ngulang lagi dari 1 trus udah jalan satu mingguan, baru aja kemaren kesiangan lagi dan sekarang udah jalan 2 hari shubuh berjamaah. Istiqomah 40 hari buat gue bukanlah target, kalo misalnya nanti gue udah jalan 39 hari trus kesiangan lagi gue tetap lanjut lagi dari awal, awal hanyalah sebuah hitungan yang pasti keimanan kita harus semakin bertambah. kalo misalnya nanti udah istiqomah 40 hari gue tetep jalan terus dan gue harus bisa kayak Sultan Muhamad Al Fatih yang tak pernah ketinggalan sholatnya. Amin.
Oke sekian dulu umeg-umeg gue, semoga kita semua semakin ganteng dan tidak galau karna ditinggal mantan *ini apa hubungannya*
salam

Gara – Gara Sholat Subuh















Cerita ini terjadi waktu saya kuliah - kuliah semester awal di kota pelajar Yogyakarta . Sama seperti mahasiswa awal semester saya adalah mahasiswa yang baru dapat teman baru , baru dapat lingkungan baru dan masih sedang dalam pencarian jati diri .

Dulu orang tua saya pernah bilang sih hati - hati nak kalau bergaul , pilih - pilih teman ya baik ya . Tapi waktu itu jiwa muda saya,  namanya anak muda kan ya , saya mecoba ngeyel  " kok pilih - pilih teman sih kan gak baik, kita harus berteman donk dengan siapa saja.

Dengan siapa kamu berteman dan bergaul teryata sangat berpengaruh terhadap prilaku kita yang tadinya baik sekolah di madrasah pula eh jadi ikut -ikutan kejebak lingkungan yang tidak baik .

Awal kuliah pertama yang tadinya niat mau belajar eh ketemu kehidupan kost yang bebas, ketemu dengan temen2 nongkrong malam , jadi niatnya kuliah jadi main -main saja  (maklum dari dari sma  jadi anak kuliahan ) .

Kuliah sih kuliah tapi gak bermakna , kuliah , kos temen , burjo, warnet , billiar, futsal, nongkrong, warteg, kosan temen2 cewek, dunia gemerlap pokoknya parah deh.

Sampai pada akhirnya ada satu kejadian yang bikin saya harus dipindah oleh ortu karena takut terjebak lingkungan dan masalah  yang salah yang gak bisa saya ceritakan disini . ( Yang pasti No Women No Drug)

Move On (Spirit For Better)

Dikampus yang baru ini saya coba beradaptasi dengan lingkungan yang baru , gak mau kejebak lagi dengan lingkungan yang sama. Mulai mencoba membuka lembaran - lembaran baru bersama teman teman yang baru .

Pada saat itu sih proses ya namanya sholat walau saya itu 5 waktu tapi kadang sholat dzuhur jam 3 sholat subuh jam 6 , pokoknya parah kecuali magrib tertib wkkwkkwk.

Waktu pindah itu saya juga mengasah bakat saya freelance  dibidang desain dan marketing dengan bekerja di satu perusahaan advertising lokal di jogja.  Ya namanya desainer kan ya katanya idenya dan desain muncul kalau udah diatas jam 12 malam , so hasilnya kalau tidur pagi , malanya begadang donk .

Wah kacau bener pernah dihidup saya merasa waktu 24 jam gak cukup, entah dead line, entah saya sambi kerja  kerjaan gak kelar, bisnis malah ketipu dll, belum lagi kuliah kesiangan bangun parah kacau semua tugas2 kuliah juga.

Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan tugas -tugas dan deadline, kehidupan personal saya berantakan, kehidupan di masyrakat sekitar, keluarga , teman dan komunitas. 

Sampai pada suatu saat saya bertemu seorang Ceo dari sebuah perusahaan marketing communication nasional asal jogja yang kebetulan sedang sharing di Wedhan cretive ADGI (Asosiasi Desain Grafis indonesia ). 

          Entah kenapa saya dan teman sahabat karib saya  jadi sering tertarik ikut diacara ini salah satu andalan dari acara ini dalah ada kotak sedekahnya yang tulisanya (surah at Talaq ayat 7 ) inspiratif "dan jika kamu disempitkan rizkinya maka bersedekahlah "




Sedekah gerbang  awal saya menuju  sholat subuh 

          Rizki itu kan gak cuma uang tentu pada setuju kan,  Alhamdulillah bisa menemukan indahnya dan manisnya Islam kembali itu Rizki juga ya kan, bisa back to Allah dan bisa Sholat subuh berjamaah .

Salah satu yang menginspirasi saya adalah Ceo tadi bercerita tentang perjalanan hidupnya yang juga pernah kacau balau sama seperti saya 24 jam serasa tak cukup. 

Kok kayaknya waktu hidup itu kacau , sampai dia menemukan jawaban yang aneh menurut saya pada waktu itu.  Setelah curhat kesana- kesini dengan teman , Sepele temanya tadi hanya bertanya gimana jadwal sholatmu , curhat kok malah ditanya sholat .

          Kalau mau jadwal hidupmu enak diatur ama Allah perbaiki Jadwal sholatmu , kamu subuh jam berapa ? sholat dhuhur jam berapa ? kalau bisa on time dan jamaah .

Masih gak Ngeh gak donk yaudah pas lagi galau stres eh ada masjid keinget kata temennya tadi pas adzan coba mampir dan rasanya enak banget, walau masalah banyak jadi tenang .

Singkat Cerita jadi teryata on time sholat ada pengarunya terhadap kekacauan yang terjadi,  gak percaya coba dulu 5 waktu terus 40 hari sholat on time jamaah ke masjid dan rasakan efeknya.

Dari cerita itu sangat menginspirasi saya untu mencoba memaksakan diri ke masjid 5 waktu , Alhasil ajaib memang.

          Allah mempertemukan saya dengan temen2 di Forum silaturahim remaja masjid, diaturkan jadwal hidup saya yang dulu kacau lama- kelamaan semakin membaik, saya jadi tahu tujuan hidup saya , misi hidup saya . 

Ditemukan dengan para pejuang dakwah di lintas harakah, bertemu dengan temen2 Love Masjid dan dapat lingkungan yang kondusif untuk ibadah dan berkarya .

Apalagi Subuh kadang tiap minggu pagi kami sebelum subuh bersama teman2 di love masjid dan makelar sedekah bisa tadabbur (tangi tangi dahar bubur ) lanjut bisa ikut kajian tombo susah di pesantren 27 tiap minggu pagi di majelis cinta . 

          Menurut saya memang yang bikin kacau hidup saya itu salah satunya karena saya sholat subuh  kesingan terus , banyak begadang sampai pagi. Dan yang bikin rizki saya seret dan kacau itu jaga karena saya tidur kepagian terus wkwkkw .

40 hari menjadi Mujahid (Pejuang Subuh ) rasakan sensasinya kawan, testimoninya juga sudah ada ini benar - benar terjadi teman saya , dapat rumah beserta isinya di perumahan lumayan mewah di jogja  tanpa beli setelah rutin 120 hari sholat jamaah ke masjid .

Awalnya niat ikut Lomba keaktifan berjamaah di masjid berhadiah umroh , teryata dia kurang satu absen pas mati lampu, eh jadi juara 2 gak jadi umroh malah dapat rumah dan kerja.

Temen saya ini galau sekali dari demak dia pingin hijrah tapi bingung mau kerja apa di jogja, dan masih tinggal ama mertua di jogja bersama ank istri.

Teryata setelah istiqomah 120 hari berjamaah di masjid dan ikut team love masjid membersihkan masjid keliling gratis Alhamdulillah jalannya ada aja .
  

Em tapi niatnya mending kita lurusin iklas  karena Allah deh sambil berharap ga pa pa sih kan ama Allah berharapnya tapinya, mudahan Allah berikan yang terbaik .

kalau antara adzan dan iqomah banyakin doa , doain yang lain juga salah satu doa mustajab dikabulkan.

Spirit for Better pokoknya hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, sholat subuh itu berat , tapi lebih berat lagi nanti kita diakherat kalau gak mau sholat subuh . Harus dipaksain dan diulang -ulang biar jadi habit atau kebiasaan, so ayo Move ON SholatSubuh Berjamaah ke Masjid . 

Pejuang Subuh (Rendra Visual)




  



Minggu, 03 Februari 2013

“Pentingnya Dakwah Remaja Masjid” bersama Ustadz Hidayat




MABIT & KAJIAN2PEKANAN REMAJA MASJID
Hangatnya Mangkok Kebersamaan
dengan rangkaian kegiatan:
Diskusi
Kajian 2Pekanan “Pentingnya Dakwah Remaja Masjid” bersama Ustadz Hidayat
Bermalam
Jalan pagi
Sabtu-Ahad, 9-10 Februari 2013
Mulai kegiatan pukul 18.00 WIB
Mulai kajian 2 pekanan pukul 20.00 WIB
di Masjid Jogokariyan
barang-barang yang dibawa untuk mabit:Nasi kurang lebih 1 gelas
Telur ayam segar 1 butir
Al-Quran
alat tulis
barang &obat pribadi
alat ibadah
air mineral 600 ml selain Aqua dan Ades
GRATIS!
untuk ikhwan dan akhwat

FSRMY Trainer - Cerdas – Alim – Ngefight














Cerdas – Alim – Ngefight
Itulah penyederhanaan model remaja masjid yang ideal. Karakter remaja masjid ideal adalah yang cerdas, mempunyai ilmu yang luas; alim, paham tentang ilmu Islam dan melaksanakan secara kaaffah; dan ngefight, tahan banting terhadap masalah-masalah, baik pribadi maupun ummat.
FSRMY Trainer adalah pasukan khusus yaitu tim trainer yang dimiliki oleh FSRMY. Dengan berbagai kesiapan dan peralatan yang dimiliki, FSRMY Trainer siap membantu kegiatan training sahabat semua. Training indoor maupun outdoor dengan berbagai aktivitas menarik.
Butuh fasilitator training? Atau pengen ngadain Outbound namun belum ada fasilitator?Hubungi FSRMY Trainer segera! 0857 2341 6500 (Boddi)
Salam semangat dan berkelimpahan!

Senin, 28 Januari 2013

remaja masjid ayo bangkit !





dari masjid kita bangkit - Oleh: Hanif Nur Fauzi


At Tauhid edisi VI/29

Oleh: Hanif Nur Fauzi



Masjid memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan dakwah Islam dan penyebaran syiar-syiar agama Islam. Di sanalah tempat didirikan sholat jama’ah dan berbagai kegiatan kaum muslimin. Seluruh manusia yang membawa perbaikan terhadap umat Islam ini, merupakan produk ‘jebolan pendidikan’ yang berawal mula dari masjid.

Keutamaan Masjid

Masjid merupakan sebaik-baik tempat di muka bumi ini. Di sanalah tempat peribadatan seorang hamba kepada Allah, memurnikan ibadahnya hanya untuk Allah semata. Dari sanalah titik pangkal penyebaran tauhid. Allah telah memuliakan masjid-masjid-Nya dengan tauhid. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”. (QS. Al Jin: 18)

Tidak ada tempat yang lebih baik dari pada masjid Allah di muka bumi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tempat yang paling dicintai oleh Allah dalam suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika pernah ditanya, “Tempat apakah yang paling baik, dan tempat apakah yang paling buruk?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Aku tidak mengetahuinya, dan Aku bertanya kepada Jibril tentang pertanyaan tadi, dia pun tidak mengetahuinya. Dan Aku bertanya kepada Mikail dan diapun menjawab: Sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruk tempat adalah pasar”. (Shohih Ibnu Hibban)

Masjid adalah pasar akhirat, tempat bertransaksinya seorang hamba dengan Allah. Di mana Allah telah menawarkan balasan surga dan berbagai kenikmatan di dalamnya bagi mereka yang sukses dalam transaksinya dengan Allah.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan,“Masjid adalah rumah Allah di muka bumi, yang akan menyinari para penduduk langit, sebagaimana bintang-bintang di langit yang menyinari penduduk bumi”

Orang yang membangun masjid, ikhlas karena mengharap ganjaran dari Allah ta’ala akan mendapatkan ganjaran yang luar biasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membangun suatu masjid, ikhlas karena mengharap wajah Allah ta’ala, maka Allah ta’ala akan membangunkan rumah yang semisal di dalam surga.” (Muttafaqun’alaihi)



Masjid dan Dakwah Islam

Dahulu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak berjihad, berperang melawan orang-orang kafir, sebelum beliau menyerang suatu negeri, beliau mencari apakah ada kumandang suara adzan dari negeri tersebut atau tidak. Apabila beliau mendegar adzan maka beliau tidak jadi menyerang, namun bila tidak mendengar maka beliau akan menyerang negeri tersebut. (Muttafaqun ’alaihi)

Hal ini menunjukkan bahwa syiar-syiar agama yang nampak dari masjid-masjid kaum muslimin merupakan pembeda manakah negeri kaum muslimin dan manakah negeri orang-orang kafir. Adanya masjid dan makmurnya masjid tersebut dengan berbagai syiar agama Islam, semisal adzan, sholat jama’ah dan syiar lainnya, merupakan ciri bahwa negeri tersebut begeri kaum muslimin. (Lihat ‘Imaratul Masajid, Abdul Aziz Abdullah Al Humaidi, soft copy hal. 4)



Memakmurkan Masjid

Di antara ibadah yang sangat agung kepada Allah ta’ala adalah memakmurkan masjid Allah, yaitu dengan cara mengisinya dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bentuk memakmurkan masjid bisa pemakmuran secara lahir maupun batin. Secara batin, yaitu memakmurkan masjid dengan sholat jama’ah, tilawah Al quran, dzikir yang syar’i, belajar dan mengajarkan ilmu agama, kajian-kajian ilmu dan berbagai ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sedangkan pemakmuran masjid secara lahiriah, adalah menjaga fisik dan bangunan masjid, sehingga terhindar dari kotoran dan gangguan lainnya. Sebagaimana diceritakan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan manusia untuk mendirikan bangunan masjid di perkampungan, kemudian memerintahkan untuk dibersihkan dan diberi wangi-wangian. (Shohih Ibnu Hibban, Syuaib Al Arnauth mengatakan sanad hadits tersebut shahih sesuai syarat Bukhari)



Sholat Berjama’ah di Masjid

Salah satu syiar agama Islam yang sangat nampak dari adanya masjid Allah, adalah ditegakkannya sholat lima waktu di dalamnya. Ini pun merupakan salah satu cara memakmurkan masjid Allah ta’ala. Syariat Islam telah menjanjikan pahala yang berlipat bagi mereka yang menghadiri sholat jama’ah di masjid. Di sisi lain syariat memberikan ancaman yang sangat keras bagi orang yang berpaling dari seruan sholat berjama’ah.

Suatu ketika, tatkala tiba waktu sholat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkeinginan meminta seseorang untuk mengimami manusia, kemudian beliau pergi bersama beberapa orang dengan membawa kayu bakar. Beliau berkeinginan membakar rumah orang-orang yang tidak menghadiri sholat jama’ah. Hal ini menunjukkan bahwa sholat jama’ah di masjid adalah wajib, karena ada hukuman bagi mereka yang meninggalkannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat seseorang (di masjid dengan berjama’ah) itu dilebihkan dengan 25 derajat dari shalat yang dikerjakan di rumah dan di pasar. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kalian berwudhu kemudian menyempurnakan wudhunya lalu mendatangi masjid, tak ada keinginan yang lain kecuali untuk shalat, maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah pun kecuali Allah mengangkatnya satu derajat, dan terhapus darinya satu kesalahan…” (Muttafaqun ‘alaihi, dari shahabat Abu Hurairah)

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah kelak dalam keadaan muslim, maka hendaklah dia menjaga sholat lima waktu tatkala dia diseru (dengan adzan). Sesungguhnya Allah telah mensyariatkan sebuah sunnah yang agung, dan sholat berjamaah adalah di antara sunnah tersebut. Seandainya kalian sholat di rumah-rumah kalian, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang belakangan, maka sungguh kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, maka sungguh kalian telah berada dalam kesesatan.” (HR. Muslim)

Setelah nampak di hadapan kita khabar tentang pahala bagi orang yang menghadiri sholat jama’ah di masjid, dan ancaman bagi orang yang tidak menghadirinya, lantas masih adakah rasa berat di dalam hati kita untuk melangkah memenuhi seruan adzan? Allahul Muwaffiq.



Keutamaan Orang-orang yang Perhatian terhadap Masjid

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, bahwa kelak di hari kiamat ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan pertolongan  dari Allah ta’ala. Salah seorang di antaranya adalah para pecinta masjid. “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan dari Allah, tatkala tidak ada naungan selain naungan-Nya… Seseorang yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid…” (Muttafaqun ‘alaihi).

Ibnu Hajar rahimahullahu menjelaskan makna hadits tersebut, “Hadits ini menunjukkan bahwa orang tersebut hatinya senantiasa terkait dengan masjid meskipun jasadnya terpisah darinya. Hadits tersebut juga menunjukkan bahwa keterkaitan hati seseorang dengan masjid, disebabkan saking cintanya dirinya dengan masjid Allah ta’ala”. (Lihat Fathul Bari)


Lalai dengan Pemakmuran Masjid

Banyak di antara kaum muslimin, sangat semangat dalam mendirikan dan membangun masjid. Mereka berlomba-lomba menyumbangkan banyak harta untuk mendirikan bangunan masjid di berbagai tempat, setelah masjid berdiri pun tidak lupa untuk menghiasnya dengan hiasan yang bermegah-megahan. Namun setelah bangunan beserta hiasan berdiri tegak, justru mereka tidak memanfaatkan masjid tersebut untuk solat jama’ah dan ibadah lainnya. Mereka sangka sumbang sih mereka dengan harta dan modal dunia tersebut sudah mencukupinya.

Saudaraku, memakmurkan masjid tidak semata-mata makmur secara fisik, memakmurkan masjid yang hakiki adalah dengan ketaatan kepada Allah, yaitu dengan sholat jama’ah, tilawah Al quran, pengajian-pengajian ilmiah dan lain sebagainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhabarkan bahwa hal yang demikian merupakan salah satu tanda datangnya hari kiamat, “Tidaklah tegak hari kiamat sampai ada manusia yang bermegah-megahan dalam membangun masjid” (HR. Abu Dawud, dinilai shohih oleh Syaikh Al Albani)

Imam Al Bukhari rahimahullahu berkata dalam kitab shahihnya, Anas berkata, “Orang-orang bermegah-megahan dalam membangun masjid, mereka tidak memakmurkan masjid tersebut melainkan hanya sedikit. Maka yang dimaksud dengan bermegah-megahan ialah bersungguh-sungguh dalam memperindah dan menghiasinya”.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata , “Sungguh kalian akan memperindah dan menghiasi masjid sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani memperindah dan menghiasi tempat ibadah mereka”. (HR. Bukhari, Kitab Ash-Shalah, Bab Bunyanil Masajid)


Renungkanlah, Back to basic!

Terlampau banyak penjelasan yang memaparkan keutamaan masjid sebagai benteng utama kekuatan kaum muslimin. Telah terbukti secara nash dan realita. Perjalanan hidup para pendahulu kita telah membuktikannya. Bukankah seluruh para ulama yang membawa perbaikan terhadap agama Islam adalah para pecinta masjid. Imam Malik rahimahullahu mengatakan, “Tidak akan pernah baik generasi akhir umat ini kecuali dengan perkara-perkara yang dengannya telah menjadi baik generasi awal umat Islam (yaitu generasi sahabat)”

Maka apabila kita menghendaki kejayaan dan kemenangan kaum muslimin, maka hendaklah kita menempuh jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat beliau radhiyallahu ‘anhum, yang mereka senantiasa perhatian terhadap masjid-masjid mereka, memakmurkan masjid-masjid Allah dengan ketaatan kepada-Nya. Mulialah dari masjid kita membangun umat ini, DARI MASJID KITA AKAN BANGKIT. Allahu A’laam bish showab. [Hanif Nur Fauzi]